Aktivis Perempuan Sebut Program MBG Bukan Kebutuhan Prioritas di Tanah Papua

Aktivis perempuan di Tanah Papua mengkritik program Masyarakat Berbasis Gender (MBG). Mereka menilai program tersebut bukan kebutuhan prioritas bagi masyarakat setempat. Program ini dinilai hanya menghabiskan anggaran tanpa memberi dampak signifikan terhadap pemberdayaan perempuan di Papua.

Program MBG Dinilai Tidak Tepat Sasaran

Sejumlah aktivis perempuan yang tergabung dalam organisasi perempuan Papua menilai bahwa program MBG tidak memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua. Program ini lebih banyak mengedepankan isu gender tanpa menyentuh masalah-masalah mendasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi perempuan.

“Di Papua, perempuan membutuhkan pendidikan yang layak, akses kesehatan yang memadai, dan peningkatan ekonomi keluarga. Program MBG tidak menjawab kebutuhan ini,” ujar Siti Aminah, seorang aktivis perempuan asal Papua.

Mereka berpendapat, pemerintah seharusnya fokus pada pemberdayaan perempuan dengan program yang lebih praktis dan langsung berdampak. Pelatihan keterampilan kerja, akses kredit usaha, dan fasilitas kesehatan yang lebih baik dinilai lebih dibutuhkan oleh perempuan di Papua.

Pentingnya Program yang Sesuai dengan Kebutuhan Lokal

Para aktivis juga mengingatkan bahwa setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda dalam pemberdayaan perempuan. Apa yang berhasil di daerah lain belum tentu efektif di Papua. Program yang ada seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya lokal.

“Pemberdayaan perempuan di Papua tidak bisa disamakan dengan daerah lain. Kami membutuhkan program yang memahami kondisi masyarakat Papua yang sangat beragam. Program yang tidak hanya berbicara tentang kesetaraan gender, tetapi yang langsung mengatasi masalah-masalah konkret yang kami hadapi,” tambah Siti Aminah.

Ajak Pemerintah untuk Mendengarkan Suara Perempuan Papua

Aktivis perempuan Papua menuntut agar suara mereka lebih didengar dalam perumusan kebijakan. Mereka berharap pemerintah lebih memperhatikan aspirasi dan kebutuhan nyata perempuan Papua yang sangat spesifik.

“Kami ingin program yang tidak hanya berbicara tentang kesetaraan gender, tetapi juga memberi akses langsung kepada perempuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Program yang dapat membantu mereka lebih mandiri dan memiliki kesempatan yang setara dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” tegas Siti Aminah.

Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Meskipun ada kritik terhadap program MBG, aktivis perempuan Papua tetap berharap pemerintah akan lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan perempuan di wilayah ini. Mereka berharap ada lebih banyak inisiatif yang relevan dengan kondisi nyata masyarakat Papua.

Dengan adanya program yang lebih tepat sasaran, perempuan Papua diharapkan bisa lebih berkembang dan berkontribusi dalam membangun Tanah Papua yang lebih maju dan sejahtera. Aktivis perempuan Papua optimistis bahwa jika kebijakan pemerintah benar-benar mengutamakan kebutuhan perempuan, masa depan yang lebih baik akan segera terwujud.