Pekerja Perkebunan di Tawau Didominasi Pekerja Migran Indonesia

Pekerja Perkebunan Sektor perkebunan di Tawau, Sabah, sangat bergantung pada tenaga kerja asing. Mayoritas pekerjanya berasal dari Indonesia. Kondisi ini bukanlah hal baru. Namun, isu ini kembali mencuat setelah Malaysia memperketat aturan imigrasi dan ketenagakerjaan dalam beberapa bulan terakhir.

Ketergantungan Tinggi pada Tenaga Kerja Migran

Tawau dikenal sebagai salah satu pusat perkebunan kelapa sawit terbesar di Malaysia. Sayangnya, masyarakat lokal kurang berminat untuk bekerja di sektor ini. Akibatnya, pekerja asing menjadi tulang punggung produktivitas di perkebunan.

Hingga kini, diperkirakan 70 hingga 80 persen tenaga kerja di perkebunan adalah warga negara Indonesia. Mereka umumnya bekerja sebagai pemanen, pemupuk, dan perawat tanaman sawit.

Mengapa Didominasi Pekerja Indonesia?

Ada beberapa alasan yang membuat pekerja Indonesia mendominasi. Pertama, secara geografis, Kalimantan dan Sabah berdekatan. Kedua, bahasa dan budaya yang mirip membuat mereka lebih mudah beradaptasi. Selain itu, gaji yang ditawarkan di Malaysia jauh lebih tinggi dibandingkan kampung halaman mereka.

“Kalau di kampung, kerja berat tapi gaji kecil. Di sini, walaupun berat, hasilnya bisa bantu keluarga di rumah,” kata Sahrul, seorang pekerja asal Nunukan yang telah bekerja di Tawau selama enam tahun.

Tantangan dan Masalah Kesejahteraan

Meski sangat dibutuhkan, banyak dari mereka bekerja tanpa dokumen resmi. Bahkan, sebagian besar bekerja dalam kondisi yang tidak layak. Beberapa di antaranya mengalami pelanggaran hak kerja. Misalnya, upah tidak dibayar, jam kerja terlalu panjang, dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan maupun pendidikan.

Untuk itu, pemerintah Indonesia melalui Konsulat RI di Tawau terus melakukan pendataan dan advokasi. Tujuannya adalah memastikan hak-hak pekerja tetap terlindungi.

Harapan terhadap Kerja Sama Bilateral

Ke depan, diharapkan pemerintah Indonesia dan Malaysia dapat meningkatkan kerja sama bilateral. Penempatan tenaga kerja yang legal dan teratur sangat diperlukan. Dengan begitu, pekerja lebih terlindungi dan sektor perkebunan tetap produktif.

Sementara itu, sejumlah LSM dan masyarakat sipil di Tawau menyerukan perlakuan yang lebih manusiawi. Mereka menilai kontribusi pekerja migran terhadap ekonomi lokal sangat besar dan patut dihargai.