
Harga Bapok Hasil Pertanian di Kabupaten Merauke Mengalami Kenaikan
Harga bapok bahan pokok hasil pertanian di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Kenaikan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari mundurnya musim panen, distribusi yang terhambat, hingga kondisi cuaca yang kurang bersahabat.
Harga Beras dan Sayuran Naik Tajam
Pantauan di beberapa pasar tradisional seperti Pasar Wamanggu dan Pasar Mopah menunjukkan lonjakan harga pada sejumlah komoditas utama. Beras lokal yang sebelumnya dijual sekitar Rp9.000 per kilogram kini naik menjadi Rp11.000. Sementara itu, cabai rawit yang semula dijual Rp35.000 melonjak menjadi Rp50.000 per kilogram. Tomat juga mengalami kenaikan harga dari Rp8.000 menjadi Rp12.000 per kilogram.
Salah satu pedagang, Ibu Marlina, mengatakan bahwa pasokan dari petani menurun drastis. “Hujan terus, jadi banyak petani yang terlambat panen atau hasilnya rusak. Barang di pasar jadi sedikit, otomatis harga naik,” jelasnya.
Petani Kesulitan Produksi Akibat Cuaca
Para petani di daerah sentra pertanian seperti Semangga dan Tanah Miring mengaku kesulitan memproduksi hasil pertanian karena lahan mereka terendam air. Intensitas hujan yang tinggi membuat sebagian besar tanaman rusak sebelum sempat dipanen.
“Lahan kami tergenang air, dan banyak yang gagal panen. Kalau pun ada yang berhasil, jumlahnya sedikit,” ungkap Petrus Ndiken, seorang petani padi di Distrik Semangga.
Kondisi ini tak hanya menurunkan hasil panen, tetapi juga menyebabkan biaya produksi meningkat karena petani harus melakukan penanaman ulang lebih sering.
Dinas Pertanian Siapkan Langkah Antisipasi
Pemerintah Kabupaten Merauke melalui Dinas Pertanian telah melakukan koordinasi untuk mengatasi situasi ini. Kepala Dinas Pertanian, Yulius Mahuze, menyebutkan bahwa pihaknya telah memetakan wilayah terdampak dan akan menyalurkan bantuan berupa benih dan pupuk.
“Kami berupaya membantu para petani untuk bisa bangkit kembali. Selain itu, kami juga sedang menjajaki kerja sama distribusi dengan pihak ketiga agar harga di pasar bisa lebih stabil,” kata Yulius.
Pemerintah juga berencana mengatur ulang kalender tanam agar lebih sesuai dengan perubahan cuaca ekstrem yang kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Masyarakat Merasa Terbebani
Kenaikan harga ini sangat dirasakan oleh masyarakat, khususnya kalangan ekonomi menengah ke bawah. Banyak warga mengeluh karena harus mengurangi pembelian atau mencari alternatif bahan pangan yang lebih murah.
“Susah sekarang, cabai sama tomat aja mahal banget. Belanja jadi harus dikurangi, padahal kebutuhan tetap,” ujar Maria, ibu rumah tangga yang ditemui di Pasar Wamanggu.
Warga berharap agar pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk mengendalikan harga dan memastikan bahan pokok tetap terjangkau bagi semua kalangan.